=====================================
==========================
========================================





you want another language?

Saturday, June 27, 2009

Mari ke Barcelona

Tips: sudahkah rekan-rekan berwisata ke Danau Toba? Kalau sudah, indah betul alamnya kan?. Sekarang, mari kita bandingkan danau toba dengan wisata-wisata lain didunia

Kita naik kereta api selama satu jam perjalanan dari Barcelona yang pernah menjadi tuan rumah Olympiade itu, tiba di Tarragona, kota kecil di sebelah pantai timur Spanyol. Disini perpaduan antara laut Mediteraan yang biru, dengan bangunan Colloseum ditepi pantai berpasir putih, ditimpa cahaya matahari menjelang musim panas berlatar langit biru cemerlang, membuat Tarragona sungguh mempesona (rujukan wisata KL). Kemudian, Tarragona, kota kecil disebelah selatan Barcelona, kaya dengan bangunan bangunan berarsitektur indah campuran peninggalan kebudayaan bangsa romawi dan renaissance eropa, memberikan kesan yang tak terlupakan. Di sore hari, pasangan pasangan tua bangsa Spanyol bergandengan tangan romantis tampak jalan jalan di pelataran hotel megah berbintang lima di lereng bukit Tarragona yang menghadap ke laut, membuat kota ini makin menarik. Tak salah lah jika Tarragona mendapat julukan kota wisata terindah di spanyol terutama menjelang musim panas. Memang sejak Spanyol bergabung dengan Euro-Union dengan mata wang Euro-nya, membuat standar hidup kota kota Spanyol menjadi tinggi.
Kalau kita menginap di losmen kecil dan sempit diapit oleh bangunan bangunan tua dimana kami harus membayar 28 euro per malam per kamar, namun kamarnya sangat bersih, dan kamar mandinya berdinding keramik ‘pink’ dihiasi dengan gorden plastic ‘pink’ terkesan hangat dan romantis. Kamar tanpa tv, tanpa tilpon, tanpa AC, dan sangat sederhana itu, menjadi terkesan mahal bagi kami yang berkantong pas pas an. Di lantai dasar, ada cafe tang sentiasa menyediakan makanan roti khas Spanyol selalu ramai dikunjungi orang. Dengan hidangan secangkir teh panas, cafe kecil itu tampak selalu ramai dikunjungi orang. Walaupun semua nya serba mahal, namun Tarragona selalu dikunjungi turis manca negara, dan kota wisata ini menjadi makin semarak dengan adanya atraksi akrobat manusia yang diadakan tiap tahun pada bulan bulan tertentu .
Bersambung.........................


Barcelona tourist attractions. Visit http://www.exoticjourneys.e... for our Barcelona travel guide.
Category: Travel & Events

Mari kita ke Vietnam

Ernah senja, tiba di Saigon, Vietnam, yang sekarang terkenal dengan Ho Chi Minh City, setelah melewati perjalanan panjang dengan bus eksklusif selama kurang lebih 6 – 7 jam dari kota Phnom Penh, Kamboja. Jalan jalan di kota Saigon ramai dengan para pekerja pengendara sepeda pulang dari bekerja. Bus kita akan berhenti di pusat kota, dan kemudian pergi mencari tempat penginapan disekitar itu. Kita menemukan rumah tumpangan dengan kamarnya yang besar dan bersih dengan sewa semalam per kamar Cuma 8 dollar US. Dengan dua buah tempat tidur besar bertilamkan seprei bludru dimana masing masing tempat tidur besar berukuran 2 orang, berarti kamar keluarga yang hanya ditempati oleh kami berdua terasa sangat luas. Kamar tidur, yang diperlengkapi dengan TV kabel dengan berbagai saluran manca negara, kamar mandi air panas-dingin dengan ruangan ber AC, dan air minum tersedia gratis satu botol raksasa, membuat sewa 8 dollar US di pusat kota terkesan amat murah, walaupun suasana jalanan di luar agak hiruk pikuk di waktu malam. Kita jalan jalan disepanjang taman taman di pusat kota yang terkesan indah dan terawat rapih. ingat, bahwa Vietnam pernah dijajah oleh Perancis, maka tak mengherankan apabila pengaruh budaya Eropa terkesan kuat disana sini yang langsung terpantul dari keindahan taman taman nya. Negara yang pernah diserang tanpa belas kasihan oleh Amerika Serikat ini tidak menampak kan tanda tanda kesedihan di masa lampau. Banyak nya hotel hotel mewah yang berdiri megah di seantero kota, bangunan dicat berwarna warni menarik, taman taman kota indah terawat, jalan jalan yang relatif bersih, kesemuanya ini menunjukkan bahwa Vietnam mampu menunjukkan pembangunan yang cepat melaju dan dengan segera mengejar ketinggalan untuk siap bersaing dengan negara negara ASEAN lain nya yang telah mapan. Di tengah kota Saigon yang modern itu, terlihat becak sempit yang hanya boleh diduduki oleh satu orang dewasa, menambah keunikan kota itu dalam menarik perhatian kaum turis. Kota Ho Chi Minh kelihatan hidup diwaktu malam dengan lampu lampu nya yang gemerlapan menghapuskan pemikiran kita yang keliru tentang kemajuan negara Vietnam yang berkembang dengan sangat cepat. Di sana sini banyak terlihat para turis bule diselingi dengan orang orang dari Africa yang asyk bercengkerama dengan anak anak kecil Vietnam di taman taman di malam hari. Bus eksklusif yang kita tumpangi pulang pergi dari Kamboja ke Vietnam itu terasa amat nyaman dan kita tidak merasa letih untuk perjalanan yang panjang. Nilai lebih yang ditunjukkan oleh para petugas imigrasi Vietnam yang ramah dan bekerja cepat melayani para penumpang bus.
Bersambung..............


Lying on the eastern part of the Indochinese peninsula, Vietnam is a strip of land shaped like the letter S. China borders it to the north, Laos and Cambodia to the west, the East Sea to the east and the Pacific Ocean to the east and south.

Video brought to you by Travelindex TV, the destination travel channel at http://www.travelindex.com/videos/

Useful Links:
http://www.travelindex.com
http://www.destinationvietnam.org
http://www.bestdestination.com
http://www.destinationchannel.com
http://www.tourismfoundation.org
Category: Travel & Events

Mari ke Jerman

Setelah menempuh perjalanan dengan mobil kurang lebih 4- 5 jam, akhirnya kita sampai di salah satu perkampungan di kawasan Jerman tenggara, tepatnya desa Bettingen didarerah Eiffel. Desa Bettingen ini kira kira 40 km dari kota Trier yang terkenal itu, dan kira kira 10 km dari Bittburg yang terkenal dengan minuman bir nya. Bettingen, lebih tepat dikatakan sebagai desa modern yang hanya terdiri dari 10 – 15 rumah rumah pribadi lengkap dengan mobil mobil sport mungil terbaru yang di parkir di halaman rumah rumah mereka. Selama menginap di desa ini, terasa suasana yang sangat tenteram, damai dan aman. Bayangkan, rumah rumah tidak berpagar, pintu jarang di kunci, lebih mengejutkan lagi, orang Jerman meninggalkan kamera nya tergeletak begitu saja di halaman terbuka di samping rumah nya tanpa rasa khawatir, kalau setumpuk wang Euro dalam dompet mungkin akan tetap utuh tak terusik sepanjang waktu kalau ditinggal begitu saja di kursi taman rumah kawan kita itu. Menjelang peralihan dari musim semi ke musim panas, mereka duduk duduk diluar berjemur di matahari yang kebetulan cukup terik menyengat itu. Di halaman padang rumput yang luas itu, kita lihat ada kuda tetangga sedang makan roti dengan tenang sisa hidangan tuan nya, 4 orang bapak bapak bersuka ria duduk duduk sambil minum minum. Kebetulan hari itu memperingati Isa Almasih. Suatu pemandangan yang lumrah di Jerman ini, dimana lelaki beralih fungsi menjadi bapak rumah tangga yang pekerjaan nya mulai dari mencuci pakaian, membersihkan rumah, memasak dan menyiapkan makanan bagi seluruh keluarga sampai menjahit bantalan kursi yang rusak, sementara isteri bekerja di kantor setiap hari. Walaupun mereka tinggal di desa tetapi mereka tidak buta berita luar, televisi dan jaringan internet sangat menjangkau kawasan desa desa di pedalaman Jerman. Pengetahuan mereka tentang perkembangan dunia luar sama maju nya dengan mereka yang tinggal di kota. Mereka yang tinggal di desa menikmati segala kemudahan sama seperti yang diperoleh oleh mereka yang tinggal di kota kota besar di Jerman. Mereka yang memilih tinggal di desa ini hanya karena mereka ingin menghindari segala kebisingan yang ada di kota. Selama tinggal di Jerman, satu hal menarik ialah mayoritas orang orang Jerman asli tinggal di desa, para pendatang dari Asia, Afrika, Eropa timur dan terutamanya orang Turki cenderung tinggal di kota kota besar karena kesempatan untuk bekerja lebih besar. warga Jerman, banyak memilih tinggal di desa karena kehidupan di desa sama maju nya dengan pola tinggal di kota, namun desa menjanjikan suasana damai dan tenteram.
Bersambung......................


Füssen ist eine Stadt im schwäbischen Landkreis Ostallgäu. Sie liegt im Südwesten Bayerns an der Romantischen Straße.
Category: Travel & Events

Mari ke Myanmar

Pagi hari yang cerah, pesawat MAS mendarat dilapangan terbang Yangoon, Myanmar. Di dapati bangunan bandara yang luas dimana kaunter imigrasi, tempat pengambilan barang, dan tempat penjemputan berada dalam satu ruang besar. Kita melewati loket imigrasi dengan prosedur yang mudah. Yang menarik perhatian, disini ialah sikap orang orang Myanmar yang membantu mengambil barang penumpang. Mereka membantu dengan hati ihlas, apakah mereka akan mendapat tip atau tidak, mereka tidak pernah meminta. Secara sepintas, kota Yangoon memang indah dihiasi dengan banyak taman besar disana sini warisan peninggalan Inggris. Walaupun sebagian besar masyarakat Myanmar memeluk agama Budha, namun masih tampak masjid masjid kecil dengan seni arsitek yang tinggi bertebaran disana sini dihiasi dengan minaret minaret cantik, hanya sayangnya masjid masjid ini tampak kurang terpelihara. Sebagian besar pengunjung tetap masjid, kata orang yang profesor di salah satu universitas negeri terbesar di Yangoon, ialah orang orang Myanmar yang berasal dari daerah Myanmar sebelah barat yang berbatasan dengan Bangladesh. Yangoon sebagai ibukota Myanmar, yang dulunya bernama Rangoon, dari segi infrastruktur terlihat masih jauh ketinggalan dibandingkan dengan kota kota besar lain nya di negara negara ASEAN seperti Bangkok, Saigon, dan Kuala Lumpur. Bangunan bangunan pencakar langit tidak nampak di Yangoon, jumlah kendaraan roda empat masih sangat sedikit, sebagian besar kendaran yang lalu lalang berasal dari tahun ’90 an, mobil mobil sejenis Suzuki Karimun mungkin terlihat paling mewah dan paling baru dengan harga kira kira tujuh kali lipat harga mobil sejenis di Jakarta. Bayangkan, mobil adalah kendaraan mewah bagi sebagian besar penduduk Yangoon. Kiat masih melihat banyak kendaraan Mazda kotak keluaran tahun 1963 terawat baik yang sudah dimodifikasi jadi kendaraan pick-up dibagian belakangnya sehingga mampu muat lebih banyak penumpang. Jalanan macet tidak ditemui di Yangoon, kendaran kendaraan tua lalu lalang, itulah pemandangan sehari hari yang kami lihat di Yangoon, sehingga kota ini terhindar jauh dari kebisingan. Pohon pohon besar dan rimbun seperti di Kebun Raya Bogor banyak terdapat menghiasi taman taman kota Yangoon. Tidak mengherankan kalau kami masih dikejutkan oleh aneka suara burung laksana kami tinggal di hutan di kala bangun pagi disebuah hotel kecil di pusat kota Yangoon. Yangoon meninggalkan kenangan dalam diri kita sebagai kota besar yang jauh dari kebisingan, jauh dari pencemaran udara, jauh dari kemacetan lalu lintas, sentiasa diselimuti udara segar dengan pepohonan rimbun disana sini menghiasi kota Yangoon. Jangan terkejut kawan, anda boleh berjalan jalan sendirian di malam hari di kota Yangoon dengan rasa aman, anda kaum lelaki boleh menaruh dompet anda di punggung anda dengan meyisipkan nya di kain sarung yang anda kenakan dengan separuh badan dompet terlihat dari luar sambil berjalan dengan tenang, hal yang demikian adalah pemandangan yang lumrah dijumpai di kota Yangoon.
Bersambung ……………….

Welcome to Myanmar
Category: Travel & Events


Mari ke Australia

Malam hari kami tiba di kota Perth, Australia Barat, setelah menempuh kurang lebih 5 jam penerbangan dengan pesawat SQ dari Singapore. Dengan menumpang mobil kawan yang menjemput kami di airport, malam itu mobil Mitsubishi Lancer yang kami tumpangi melaju menuju kota kecil berpenduduk kira kira 2000 orang, yang bernama Harvey, kira kira 150 km sebelah selatan Perth yang memerlukan waktu 2 jam dengan mobil dari Perth. Harvey, kota kecil atau lebih tepatnya disebut desa di kawasan barat Australia itu, dihiasi rumah rumah penduduk yang amat cantik mungil dengan pagar rumah disana sini yang semata mata berfungsi sebagai perhiasan rumah saja. Kota kecil yang amat tenang ini terlihat makmur, ada perpustakaan dipusat kota yang terbuka untuk umum dengan wacana wacana edisi terbaru termasuk novel novel yang menjadi ‘best seller’. Sebagaimana lazim nya kota kota kecil di Australia dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit itu, pinggiran kota banyak ditemui kawasan perkebunan buah buahan mulai dari kebun anggur, jeruk, apel dan buah buahan lain nya yang diselang seling dengan tambak tambak udang dan ikan. Beruntunglah kami, ketika kami tiba disana, kawan mengajak kami untuk memetik buah jeruk yang kala itu sedang panen. Suatu pemandangan yang sungguh mentakjubkan, kebun kebun jeruk yang amat luas dengan ribuan buah jeruk kuning kuning manis sekali rasa nya bergelantungan di pepohonan hijau segar, suatu paduan warna yang kontras antara daun daun hijau berselang seling dengan warna kuning buah jeruk, yang amat sukar dilukis dengan kata kata tentang keindahan nya. Tugas kawan kami adalah memetik jeruk yang tergantung di pohon dengan gunting dan dikumpulkan dalam kotak kotak dengan ukuran standar yang telah tersedia. Kawan kami mendapat upah memetik untuk per kotak jeruk. Buah jeruk yang telah jatuh ketanah karena diterpa angin atau hujan atau jatuh pada waktu sedang dipetik, tidak boleh dimasukkan kedalam kotak untuk pengiriman, dan telah dianggap sebagai jeruk buangan. Bayangkan, kami memunguti ribuan buah jeruk segar dan manis yang terjatuh ditanah dan ada yang sudah terinjak injak oleh kaki kami sendiri. Waktu itu musim dingin sedang melanda Perth, tidak banyak orang diperkebunan itu, jadi banyak buah jeruk manis dan segar tercampak ditanah terbuang begitu saja, sungguh sayang, dibelahan bumi yang lain banyak orang menderita kelaparan karena kurang pangan, tetapi disini ribuan buah jeruk segar terbuang terinjak injak. Kemudian kami ber jalan jalan melewati perkebunan apel yang baru akan dipanen, suasana disitu amat hening dan disertai dengan bau wangi buah buahan dan kami serasa di surga buah buahan yang amat luas. Suasana seperti ini lumrah dijumpai di mana mana daerah di benua kangguru yang masih sangat miskin penduduk itu. Tidak mengherankan, kalau ramai orang datang berduyun duyun dari negara negara dunia ketiga yang padat penduduk, seperti Vietnam, Pakistan, dan Mesir menyerbu ke negeri kangguru, namun apa daya……., bukan mudah masuk Australia karena imigrasi pemerintah Australia luar biasa ketat dengan pertahanan ber lapis lapis sehingga banyak pendatang kecewa karena ditolak masuk atau terpaksa dipulangkan.

Bersambung………………..

LINK : http://www.findmerightnow.com.au
LINK : http://www.findmerightnow.com.au
LINK : http://www.findmerightnow.com.au
LINK : http://www.findmerightnow.com.au
LINK : http://www.findmerightnow.com.au
LINK : http://www.findmerightnow.com.au
Tourism Australia : Australian Tourism : Tourists Australia : Australian Tourism NSW : NSW Tourism : Tourism NSW ; Finf me Right Now :
Category: Travel & Events

Mari ke Spanyol

Pagi yang cerah menyeberangi selat Gibraltar dengan kapal laut yang bertolak dari Algeciras, kota di sebelah selatan Spanyol, menuju Tanger kota kecil di pantai utara Morocco. Sore hari, kapal yang ditumpangi berlabuh di Tanger, dan segera mencari penginapan di kota itu. Akhirnya mendapatkan hotel berbintang dua standar Morocco yang bangunan nya terlihat kurang menarik. Sepintas melihat bahwa kehidupan masyarakat di Tanger cukup keras. Banyak melihat hal hal yang kontras disini, seperti keadaan rumah rumah penduduk yang tampak kurang terpelihara, namun disisi lain, hotel hotel menjulang megah berdiri disepanjang pantai Tanger yang berpasir putih itu. Disatu sisi penduduk Morocco yang sebagian besar beragama Islam dengan kaum wanita nya yang menggunakan cadar muka mengikuti peraturan agama yang ketat, namun disisi lain, di Negara Muslim ini pria pria dewasa bangsa kulit putih bergandengan tangan dengan gadis gadis Morocco yang masih sangat belia dengan cadar muka ber jalan jalan ditepi pantai di malam hari. Morocco adalah salah satu jajahan Perancis, pengaruh Perancis terlihat jelas disini dimana banyak restoran menghidangkan masakan Perancis. Pagi hari terlihat pria pria Morocco berjalan kaki sambil membawa roti panjang seperti pentungan yang sering disebut ‘baguette’, seperti lazim nya terlihat di jalan jalan di kota Paris. Masyarakat Morocco rata rata fasih berbahasa Perancis. Negara negara bekas jajahan Perancis, rata rata penduduk nya lancar berbicara bahasa Perancis. Di Hanoi, Vietnam, kami pernah melihat ada sekolah resmi yang menggunakan bahasa Perancis sebagai bahasa pengantar. Bagaimana dengan Indonesia yang pernah dijajah Belanda selama hampir tiga setengah abad, apakah masyarakat kita sekarang masih paham dengan bahasa Belanda ? Tidak banyak yang dapat dilihat di Tanger selain padang pasir yang tandus belaka. Ada stasiun kereta api dimana kita dapat naik kereta api menuju Marakesh, ibu kota Morocco.

Bersambung………



József Attila: Tiszta szívvel Antonio Banderas spanyol nyelvű előadásában - Friderikusz show
József Attila: Tiszta szívvel
Antonio Banderas spanyol nyelvű előadásában - Friderikusz show
Category: People & Blogs
Tags:
Antonio Banderas Tiszta szívvel

Mari ke Phnom Penh

Petang, pesawat Air Asia yang kita tumpangi mendarat di pelabuhan udara Phnom Penh, ibu kota Kamboja. Cuaca sore yang cerah di Phnom Penh tiba tiba berubah jadi hujan lebat selama dalam perjalanan dengan taksi dari bandara menuju hotel yang kira kira berjarak 25 km itu. Penginapan di hotel La Paillot yang terletak di bagian kota lama di pusat kota Phnom Penh hanya dengan 15 US dollar per malam untuk kamar yang lumayan besar di lantai tiga dengan pemandangan pusat kota yang cukup menarik. Hujan deras di sore itu membuat kawasan pusat kota tergenang banjir. Dari jendela kamar tempat kami menginap terlihat genangan air sampai setinggi paha orang dewasa. Setelah hari gelap, kami mencoba memberanikan diri untuk jalan jalan keluar dalam keadaan banjir setelah merasa bosan tinggal terkurung dalam kamar hotel sepanjang petang itu. Ternyata lampu ‘traffic light’ di pusat kota mati, juga lampu penerangan di jalan jalan tidak berfungsi, jalan jalan menjadi gelap, ada penerangan dari lampu lampu di toko toko disepanjang jalan yang kami lalui, sementara jalanan masih ramai dengan kendaraan, kami terjebak dalam banjir dengan genangan air yang cukup tinggi kira kira 80 cm. Akhirnya, pada malam itu memutuskan untuk kembali ke hotel saja mengingat kawasan ini masih sangat asing. Pagi hari nya udara cerah dan ber jalan jalan melihat Phnom Penh. Bangunan bangunan menjulang tinggi dan hotel hotel mewah yang banyak terlihat di Saigon, tidak dijumpai di Phnom Penh ini. Dari segi infrastruktur, Phnom Penh masih jauh ketinggalan dibandingkan Saigon di Vietnam, namun di Phnom Penh terlihat banyak sekali mobil mobil Toyota seperti Camry keluaran terbaru lalu lalang di jalan jalan. Pasar pasar tradisionil banyak dijumpai di Phnom Penh, sedangkan supermarket masih sangat jarang. Di depan hotel La Paillot tempat menginap ada pasar yang gaya bangunan nya unik dengan seni arsitektur nya yang khas tapi sayang tampak kurang terawat dan kurang bersih, dan para turis menyebutnya sebagai ‘central market’ dari Phnom Penh. Aneh nya disini, orang asing boleh berbelanja menggunakan mata wang US dollar yang sangat laku di pasar pasar tradisionil di Phnom Penh, selama tinggal di Phnom Penh kami tak pernah pegang wang Kamboja. Kalau membeli dalam US dollar, maka mereka akan mengembalikannya dalam US dollar lagi. Harga barang barang di super market juga selalu mencantumkan 2 jenis mata wang yaitu US dollar dan wang Kamboja yang kami lupa namanya. Hal lain yang menarik di Phnom Penh ini, banyak dijumpai di jalan jalan besar, sepeda motor ditunggangi oleh 3 – 4 orang dewasa dan bahkan sampai 5 orang dewasa bebas lalu lalang di jalan jalan. Kita termasuk pengemudi pernah menunggang sepeda motor sampai sejauh 30 km dalam sehari termasuk perjalanan menuju ladang pembantaian atau sering disebut ‘killing field’ yang kira kira berjarak 15 km dari pusat kota. Hampir 10 000 orang tua muda, laki perempuan, termasuk seorang menteri dan seorang professor ikut jadi korban pembantaian yang dilakukan pada masa regim Pol Pot selama hampir 2 tahun. Hampir semua tengkorak korban pembantaian yang kejam itu dikumpulkan dalam lemari kaca yang besar sekali, begitu juga pakaian pakaian korban pembantaian itu disimpan dalam lemari di bahagian bawah, yang semua nya dapat dilihat dengan jelas dari luar. juga sempat mengunjungi dan sholat di salah satu masjid besar di bahagian utara Phnom Penh. Ada beberapa buah masjid di Phnom Penh. Walaupun mayoritas penduduk Kamboja beragama Budha, namun sebagian besar masyarakat di kota kecil bernama Kampong Champa di bahagian tengah Kamboja memeluk agama Islam. Dalam perjalanan pulang ke Malaysia, di bandara udara kami menjumpai banyak orang Kampong Champa yang mayoritas adalah orang orang keturunan Melayu pergi ke Malaysia menjumpai saudara saudara mereka di Malaysia sambil berdagang. Umum nya kawasan di luar kota kota Kamboja terlihat tandus dan kering serta tampak kurang terawatt. Begitu masuk daerah Vietnam setelah bus eksklusif yang ditumpangi melewati perbatasan Kamboja – Vietnam, keadaan berubah drastis, melihat banyak sawah sawah hijau dan terawat di sepanjang jalan yang kami lalui di Vietnam dalam perjalanan menuju Saigon. Sawah sawah yang serba hijau di Vietnam, sejauh mata kami memandang kami melihat persawahan sangat subur, maka tidak mengherankan apabila pemerintah Indonesia mengimpor beras dari Vietnam yang belum lama di bom habis habisan oleh tentara tentara Amerika. Etos kerja orang orang Vietnam memang patut ditiru. Secara sepintas, kota Phnom Penh terlihat kurang bersih bahkan terkesan kotor dan bau anyir tercium disepanjang kawasan tepi sungai besar yang mengalir ditepi kota Phnom Penh dan bermuara di delta Mekong, tapi anehnya di kawasan ini banyak sekali dijumpai turis turis bule jalan jalan santai kadang kadang ditemani dengan gadis Kamboja dan di kawasan inilah banyak terdapat café café a la Eropa dan hotel hotel cantik walaupun tidak menjulang tinggi tempat menginapnya para turis kulit putih. Pada hari yang lain menginap di salah satu tempat penginapan kecil yang lazim disebut ‘inn’ milik orang Irlandia. Kelihatan nya di Kamboja ini banyak orang orang kulit putih menanamkan investasi mereka dengan memiliki dan mengelola tempat tempat penginapan. Satu kenyataan, para turis bangsa kulit putih sangat banyak di Kamboja juga para investor kulit putih yang menanamkan investasinya di bidang pariwisata dengan penuh keyakinan dan percaya diri, dimana mereka tampaknya tidak peduli dengan masalah kota yang jauh dari bersih, yang penting bagi mereka adalah rasa aman yang boleh menjamin kesenangan mereka untuk menikmati kehidupan damai termasuk kehidupan malam ditepi sungai Mekong yang tidak pernah sepi hingga pagi hari. Suatu masukan berharga bagi orang Indonesia, bahwa keamanan adalah faktor mutlak yang diperlukan untuk menarik perhatian para turis manca negara untuk datang ber duyun duyun ke Indonesia yang penuh dengan sinar matahari dengan alam nya yang indah permai.

Bersambung……………..


Miniature Phnom Penh Tourist Attractions
Category: Travel & Events
Tags:
Miniature Phnom Penh Tourist Attractions

Mari ke Yunani

Pagi yang cerah, kapal ditumpangi berlabuh di pelabuhan kecil di pantai Yunani sebelah selatan setelah bertolak sehari semalam dari Brindisi, Italia. Kapal yang membawa kita cukup penuh dengan penumpang dari ber bagai bagai bangsa dan rata rata adalah pasangan pasangan muda yang sedang berlibur. Memang pada masa itu adalah musim panas yang menjadi musim liburan di Eropa. Setelah mendarat, kita menuju ke stasiun kereta api, dan kemudian naik kereta api menuju Athena, ibu kota Negara Yunani. Banyak yang menarik perhatian kita sepanjang perjalanan itu. Kereta api yang kita naiki bukan kereta api mewah tapi cukup baik dan semua tempat duduk terisi penuh. Sepanjang perjalanan menuju Athena, melihat hampir semua rumah penduduk diperlengkapi dengan alat ‘solar cell’ yang dipasang di atap atap rumah mereka. Cuaca panas dengan matahari menyerlah di siang itu menambah keyakinan akan manfaat alat ‘solar cell’ ini. Para penjaja makanan menawarkan makanan dagangan nya kepada para penumpang kereta api di setiap stasiun dimana kereta api ini berhenti, bahkan ada yang masuk kedalam gerbong kereta apabila kereta api berhenti cukup lama di stasiun. Keadaan ini mengingatkan pada suasana kereta api ditanah air kita. Secara sepintas, keadaan perekonomian di negeri ini pada masa itu kelihatan nya cukup baik. Menjelang petang, kereta api yang kami tumpangi masuk stasiun pusat yang terletak di pusat kota Athena. Stasiun kereta api pusat di kota Athena kelihatan modern sebagaiman layak nya terlihat pada stasiun stasiun kereta api di kota kota Eropa lain nya. Fasilitas dalam stasiun ini diperlengkapi dengan locker locker tempat penyimpanan barang barang penumpang yang akan menginap di Athena untuk waktu singkat. Kita mandi dengan sistim pancuran di stasiun kereta api di Vienna, dimana stasiun ini juga mempunyai salon rambut bagi mereka yang ingin langsung tampak kemas atau akan menghadiri suatu undangan. Athena, adalah kota yang penuh dihiasi dengan bangunan bangunan kuno peninggalan zaman Romawi kuno dengan rekabentuk pualam nya yang amat megah. Tidak mengherankan banyak turis manca negara berkunjung kesana untuk melihat peninggalan peninggalan bersejarah ini. Disinilah berdiri kuil raksasa Parthenon yang terbangun dari pilar pilar pualam yang berdiri kokoh di puncak bukit itu. Secara sepintas budaya Turki memberikan pengaruh pada kehidupan rakyat di Athena, kami lihat di beberapa kedai orang orang menggunakan tulisan Arab sebagai bahasa pengantar mereka. Dalam peta, memang Negara Yunani yang sering disebut sebagai tanah ‘Greek’ ini terletak berdampingan dengan Negara Turki. Athena, kota tempat asal pertandingan Olympiade itu memang tetap menarik sepanjang masa dan patut dikunjungi.


Bersambung…………….

Mari ke Venezia

Barangkali para pembaca masih ingat akan lagu ‘Carnival of Venice’ yang terkenal itu ? Atau kepada si Marcopolo pedagang asal Venezia yang melanglang buana ke negeri China di abad ke 13. Venezia memang unik, hampir 90 % kota ini dibangun diatas air maka kota ini sering mendapat julukan ‘kota air’. Pagi cerah dimusim panas kami tiba di Venezia, setelah naik kereta api semalaman dari Rome, ibu kota Italia. Pada mula nya di Roma, kami ingin bertolak ke Sicilia yang terkenal dengan kota nya ‘godfather’. Setelah lama berunding, kami akhirnya batal ke Sicilia di Italia selatan, mengingat kami tidak paham akan daerah itu dan mungkin juga kena sugesti dari cerita cerita seram di film. Memang pada umumnya orang Italia panas baran, dan juga kadang kadang menipu orang asing, ini berdasarkan pengalaman kami ketika berada disana, tetapi banyak juga yang baik hati. Kendaraan umum sehari hari di Venezia adalah gondola dan taksi. Gondola adalah perahu dayung dan taksi adalah ‘motorboat’ yang bergerak cepat. Dari satu tempat ke tempat lain di Venezia kami harus naik ‘kendaraan air’ itu, tak ada pilihan lain untuk jalan jalan di Venezia. Gondola akan menyusuri sepanjang kanal kanal Venezia yang melintasi bangunan bangunan dengan gaya Renaissance yang sangat artistik itu. Yang menarik perhatian kami ialah bahwa kota ini telah ada sejak abad ke 12 dan bangunan bangunan di kota itu tetap berdiri tegap dan kokoh, tidak terkikis oleh genangan air selama berabad abad. Bayangkan, kalau Jakarta ibu kota Negara kita pernah mengalami banjir sampai hampir 70 % kawasan nya tergenang air selama beberapa hari saja diawal tahun 2007 dimana banyak bangunan mengalami kerusakan akibat banjir, maka berbeda dengan Venezia, konstruksi bangunan bangunan di Venezia dibuat sedemikian rupa sehingga tetap utuh selama berabad abad dalam genangan air yang cukup tinggi. Sudah sampai saatnya kita harus belajar tentang teknologi bahan bangunan dari Venezia ini. Kemudian cobalah bandingkan dengan teknologi bendungan di Negara Kincir Angin yang membuat sebagian kota Amsterdam berada dibawah permukaan air laut. Suatu saat kami pernah melihat sebuah film di layer kaca, diatas jembatan melintas kapal laut, sedangkan terowongan dibawah jembatan penuh dengan mobil mobil lalu lalang. Memang tak dapat dipungkiri, para teknolog Belanda sangat mahir dengan ilmu bendungan nya, sesuatu yang boleh kita ambil pelajaran dari padanya. Sisi lain yang unik dari Venezia adalah keadaan masyarakatnya. Kami pernah melihat di sebuah kedai, harga seporsi piring berisi macaroni bersaus tomat, masakan Italia yang terkenal itu, tercantum 900 Lira Itali yang tulisan nya jelas terpajang besar didepan piring macaroni. Ketika kami akan pesan, kami bertanya lebih dulu kepada pelayan disitu, berapa harga seporsi macaroni yang ada dalam kotak kaca tadi. Tanpa ragu si pelayan menjawab 5000 Lira Itali, lalu kami tunjukkan tulisan didepan piring itu yang mencantumkan harga 900 Lira Itali, namun si pelayan tidak memberi komentar hanya memberi respon dengan tersenyum saja. Pada kesempatan lain ketika kami sedang makan di sebuah restoran, kami melihat sekumpulan anak anak muda Amerika duduk di meja makan sambil bertengkar dengan pelayan soal pembayaran selesai makan karena ternyata kertas tissue yang mereka gunakan juga dikenakan tarif padahal tidak ada tertulis dalam daftar. Itulah salah sudut keunikan Venezia yang cantik itu.

Bersambung…………………………

Mari ke Shen Zhen

Siang itu kami tiba di Shen Zhen setelah naik kereta api komuter kira kira satu jam perjalanan dari Hong Kong. Kereta komuter yang kami tumpangi sangat cepat dan bersih, dan setelah melewati loket imigrasi kami tiba di tepi stasiun kereta api Shen Zhen. Untuk masuk Shen Zhen dari Hongkong kami memerlukan ‘on arrival visa’ yang langsung bisa diperoleh di imigrasi Shen Zhen untuk tinggal selama 5 hari setelah membayar 150 dollar HK pada masa itu apabila kami tidak punya visa Cina daratan dari Hong Kong. Udara sejuk musim dingin di bulan Januari itu terasa menusuk sampai ke tulang sumsum. Rencana kami mencari hotel Muslim yang ada di Shen Zhen atas petunjuk kawan di Hong Kong, tetapi sayang nya kami lupa membawa alamat hotel itu, disamping itu supir taksi dan orang orang disekitar kami tidak paham akan maksud kami. Pengalaman kami di Shen Zhen adalah kami mengalami kesukaran berkomunikasi dengan penduduk tempatan karena mereka tidak paham bahasa Inggris sedangkan kami pun buta aksara Cina dan tidak paham bahasa Mandarin. Sungguh menyedihkan keadaan kami pada waktu itu, yah… kami merasa sangat lapar, dingin sekali, mondar mandir cari hotel yang cocok untuk menginap, semuanya disebabkan karena kesulitan dalam faktor bahasa. Akhir nya kami mendapatkan hotel yang lumayan bagus dekat stasiun kereta api itu dengan harga relative tidak mahal, bandingkan dengan hotel yang sejenis di Hong Kong yang mungkin tarif nya bisa mencapai 3 sampai 4 kali lipat. Sore hingga malam hari kami berjalan jalan di Shen Zhen dan ternyata dugaan kami tentang Shen Zhen sebagai kota yang masih ketinggalan zaman adalah sangat keliru. Shen Zhen adalah kota besar dan sangat modern yang penuh dengan bangunan bangunan pencakar langit dan tidak kalah dari Hong Kong. Secara sepintas kami tidak pernah menjumpai pengemis di Shen Zhen ini, semua orang Cina kami lihat berjalan tergesa gesa pagi itu, dan mereka adalah pekerja keras. Pemandangan seperti ini terlihat lebih menonjol ketika kami singgah di Guangzhou yang jarak nya kurang lebih 2 jam naik bus dari Shen Zhen melewati jalan raya. Pengalaman lucu ketika kami makan di restoran Muslim di Shen Zhen, pelayan yang tidak paham bahasa Inggris terpaksa berkomunikasi dengan kami menggunakan bahasa isyarat disertai dengan peragaan contoh contoh makanan yang ingin kami pesan. Di Guangzhou, kami mengunjungi tempat shopping dekat terminal bus antar kota yang penuh sesak dengan manusia. Tidak pernah kami melihat sebelumnya begitu banyak manusia hilir mudik seperti di Guangzhou ini. Harga barangan kulit seperti tas, sepatu, koper,dll, dan pakaian jadi rata rata lebih murah dari pada di Negara kita dengan kualitas sedang. Disini barang barang boleh ditawar, kawan kami yang sangat pandai menawar dengan memakai kalkulator boleh mendapatkan barangan dengan harga cukup murah. Di Guangzhou kami melihat ada los los yang sangat luas penuh sesak dengan tempat jualan aneka rupa jam, mulai dari jam tangan, jam kalung yang pakai rantai, jam meja, dan juga jam dinding dengan harga sangat murah, namun kami tidak berani menyebutkan kualitas barang nya. Sepintas kami melihat bahwa kehidupan masyarakat Guangzhou di pusat kota itu adalah dari berdagang, seperti juga penduduk Hong Kong yang umum nya adalah para peniaga. Dari pengalaman kami di dua kota besar di Cina daratan yaitu Shen Zhen dan Guangzhou, rata rata masyarakat nya tidak paham bahasa Inggris walaupun mereka kelihatan mapan dan maju. Berbeda dengan Hong Kong, penduduk Hong Kong umum nya paham bahasa Inggris dan kami tidak takut tersesat di Hong Kong. Bayangkan, Hong Kong sebagai kota yang dibangun di atas beberapa pulau yang hanya terdiri dari batu batu karang, tetapi berkembang pesat menjadi salah satu kota termaju dan termodern di dunia. Apa yang bisa ditawarkan kepada para investor dengan ada nya tanah tandus dan ber batu karang, selain dunia bisnis dan perdagangan ? Bagaimanakah dengan Negara kita yang kaya alam flora dan fauna, kaya tambang mineral, mampukah kita maju menjadi seperti Hong Kong dimasa yang akan datang ? Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa etos kerja orang Mandarin ini lah yang sangat sukar untuk diikuti langkah langkah nya oleh bangsa kita. Rata rata penduduk Cina di Hong Kong lebih modern dan maju dibandingkan dengan saudara saudara nya yang tinggal di Cina daratan. Kalau kita tinggal lebih lama di Hong Kong akan terlihat jelas bahwa ada perbedaan pola budaya antara kaum Cina Hong Kong dan kaum Cina daratan. Kesan kami dari kunjungan kami ke ketiga kota besar, yaitu Shen Zhen, Guangzhou dan Hong Kong, maka kami boleh menyimpulkan bahwa Cina punya masa depan yang hebat yang sejak sekarang sudah ditakuti dan diperhitungkan kemampuan nya oleh Negara Negara Barat. Kapankah bangsa kita mengikuti langkah langkah Cina di bidang ekonomi dan teknologi ?

Bersambung……………………..