=====================================
==========================
========================================





you want another language?

Saturday, June 27, 2009

Mari ke Phnom Penh

Petang, pesawat Air Asia yang kita tumpangi mendarat di pelabuhan udara Phnom Penh, ibu kota Kamboja. Cuaca sore yang cerah di Phnom Penh tiba tiba berubah jadi hujan lebat selama dalam perjalanan dengan taksi dari bandara menuju hotel yang kira kira berjarak 25 km itu. Penginapan di hotel La Paillot yang terletak di bagian kota lama di pusat kota Phnom Penh hanya dengan 15 US dollar per malam untuk kamar yang lumayan besar di lantai tiga dengan pemandangan pusat kota yang cukup menarik. Hujan deras di sore itu membuat kawasan pusat kota tergenang banjir. Dari jendela kamar tempat kami menginap terlihat genangan air sampai setinggi paha orang dewasa. Setelah hari gelap, kami mencoba memberanikan diri untuk jalan jalan keluar dalam keadaan banjir setelah merasa bosan tinggal terkurung dalam kamar hotel sepanjang petang itu. Ternyata lampu ‘traffic light’ di pusat kota mati, juga lampu penerangan di jalan jalan tidak berfungsi, jalan jalan menjadi gelap, ada penerangan dari lampu lampu di toko toko disepanjang jalan yang kami lalui, sementara jalanan masih ramai dengan kendaraan, kami terjebak dalam banjir dengan genangan air yang cukup tinggi kira kira 80 cm. Akhirnya, pada malam itu memutuskan untuk kembali ke hotel saja mengingat kawasan ini masih sangat asing. Pagi hari nya udara cerah dan ber jalan jalan melihat Phnom Penh. Bangunan bangunan menjulang tinggi dan hotel hotel mewah yang banyak terlihat di Saigon, tidak dijumpai di Phnom Penh ini. Dari segi infrastruktur, Phnom Penh masih jauh ketinggalan dibandingkan Saigon di Vietnam, namun di Phnom Penh terlihat banyak sekali mobil mobil Toyota seperti Camry keluaran terbaru lalu lalang di jalan jalan. Pasar pasar tradisionil banyak dijumpai di Phnom Penh, sedangkan supermarket masih sangat jarang. Di depan hotel La Paillot tempat menginap ada pasar yang gaya bangunan nya unik dengan seni arsitektur nya yang khas tapi sayang tampak kurang terawat dan kurang bersih, dan para turis menyebutnya sebagai ‘central market’ dari Phnom Penh. Aneh nya disini, orang asing boleh berbelanja menggunakan mata wang US dollar yang sangat laku di pasar pasar tradisionil di Phnom Penh, selama tinggal di Phnom Penh kami tak pernah pegang wang Kamboja. Kalau membeli dalam US dollar, maka mereka akan mengembalikannya dalam US dollar lagi. Harga barang barang di super market juga selalu mencantumkan 2 jenis mata wang yaitu US dollar dan wang Kamboja yang kami lupa namanya. Hal lain yang menarik di Phnom Penh ini, banyak dijumpai di jalan jalan besar, sepeda motor ditunggangi oleh 3 – 4 orang dewasa dan bahkan sampai 5 orang dewasa bebas lalu lalang di jalan jalan. Kita termasuk pengemudi pernah menunggang sepeda motor sampai sejauh 30 km dalam sehari termasuk perjalanan menuju ladang pembantaian atau sering disebut ‘killing field’ yang kira kira berjarak 15 km dari pusat kota. Hampir 10 000 orang tua muda, laki perempuan, termasuk seorang menteri dan seorang professor ikut jadi korban pembantaian yang dilakukan pada masa regim Pol Pot selama hampir 2 tahun. Hampir semua tengkorak korban pembantaian yang kejam itu dikumpulkan dalam lemari kaca yang besar sekali, begitu juga pakaian pakaian korban pembantaian itu disimpan dalam lemari di bahagian bawah, yang semua nya dapat dilihat dengan jelas dari luar. juga sempat mengunjungi dan sholat di salah satu masjid besar di bahagian utara Phnom Penh. Ada beberapa buah masjid di Phnom Penh. Walaupun mayoritas penduduk Kamboja beragama Budha, namun sebagian besar masyarakat di kota kecil bernama Kampong Champa di bahagian tengah Kamboja memeluk agama Islam. Dalam perjalanan pulang ke Malaysia, di bandara udara kami menjumpai banyak orang Kampong Champa yang mayoritas adalah orang orang keturunan Melayu pergi ke Malaysia menjumpai saudara saudara mereka di Malaysia sambil berdagang. Umum nya kawasan di luar kota kota Kamboja terlihat tandus dan kering serta tampak kurang terawatt. Begitu masuk daerah Vietnam setelah bus eksklusif yang ditumpangi melewati perbatasan Kamboja – Vietnam, keadaan berubah drastis, melihat banyak sawah sawah hijau dan terawat di sepanjang jalan yang kami lalui di Vietnam dalam perjalanan menuju Saigon. Sawah sawah yang serba hijau di Vietnam, sejauh mata kami memandang kami melihat persawahan sangat subur, maka tidak mengherankan apabila pemerintah Indonesia mengimpor beras dari Vietnam yang belum lama di bom habis habisan oleh tentara tentara Amerika. Etos kerja orang orang Vietnam memang patut ditiru. Secara sepintas, kota Phnom Penh terlihat kurang bersih bahkan terkesan kotor dan bau anyir tercium disepanjang kawasan tepi sungai besar yang mengalir ditepi kota Phnom Penh dan bermuara di delta Mekong, tapi anehnya di kawasan ini banyak sekali dijumpai turis turis bule jalan jalan santai kadang kadang ditemani dengan gadis Kamboja dan di kawasan inilah banyak terdapat café café a la Eropa dan hotel hotel cantik walaupun tidak menjulang tinggi tempat menginapnya para turis kulit putih. Pada hari yang lain menginap di salah satu tempat penginapan kecil yang lazim disebut ‘inn’ milik orang Irlandia. Kelihatan nya di Kamboja ini banyak orang orang kulit putih menanamkan investasi mereka dengan memiliki dan mengelola tempat tempat penginapan. Satu kenyataan, para turis bangsa kulit putih sangat banyak di Kamboja juga para investor kulit putih yang menanamkan investasinya di bidang pariwisata dengan penuh keyakinan dan percaya diri, dimana mereka tampaknya tidak peduli dengan masalah kota yang jauh dari bersih, yang penting bagi mereka adalah rasa aman yang boleh menjamin kesenangan mereka untuk menikmati kehidupan damai termasuk kehidupan malam ditepi sungai Mekong yang tidak pernah sepi hingga pagi hari. Suatu masukan berharga bagi orang Indonesia, bahwa keamanan adalah faktor mutlak yang diperlukan untuk menarik perhatian para turis manca negara untuk datang ber duyun duyun ke Indonesia yang penuh dengan sinar matahari dengan alam nya yang indah permai.

Bersambung……………..


Miniature Phnom Penh Tourist Attractions
Category: Travel & Events
Tags:
Miniature Phnom Penh Tourist Attractions

No comments:

Post a Comment